BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Motor DC
menyumbang banyak pada perkembangan industri, sehingga memperbaiki peradaban
kebudayaan manusia. Dari tenaga manual yang dipergunakan dalam segala macam
usaha, kemudian diubah dengan tenaga mekanik dan akhirnya tenaga motor dc, maka
seiring dengan perkembangan itu, berkembang pula kebudayaan manusia sehingga
mencapai masa elektrisasi. Menurut masdoeki roefi’ie (1994), Hamzah Berahim
(1991), Zuhal (1991) keistimewaan motor dc adalah memiliki bermacam – macam
cara penguatan dan karakteristik (sifat) serta memiliki komutator yang
berfungsi alat penyearah mekanik bersama – sama sikat.
Motor dc ini membawa pembaharuan dibidang
otomotif, bidang industri, perkapalan, bidang mainan, bidang rumah tangga,
dengan memanfaatkan konversi energi listrik menjadi energi mekanik kita dapat
menyaksikan betapa cepatnya perkembangan dari motor dc tersebut. Pada bidang otomotif
motor dc digunakan sebagai starter sepeda motor, starter mobil maupun penghapus
kaca atau viper pada mobil. Dalam bidang perkapalan motor dc dimanfaatkan untuk
menaikkan atau menurunkan jangkar. Adapun di bidang industri digunakan sebagai
penggerak alat pemintalan benang. Untuk pengangkutan ( trem – trem listrik ).
Dibidang mainan motor dc dimanfaatkan penggerak mobil mainan.
Motor dc memiliki sifat – sifat
yang baik seperti, memiliki kopel mula gerak yang besar, memiliki bermacam –
macam penguatan dan mudah dalam pengaturannya. Di lain pihak motor dc juga
mempunyai kelemahan yaitu bila dalam mengoperasikan menggunakan arus listrik
bolak – balik (AC) membutuhkan rangkaian penyearah arus, sehingga akan membuat
sistem rangkaian lebih rumit.
Dengan perkembangan industri dan
teknologi yang semakin modern, menuntut adanya suatu teknologi peralatan yang
bisa dioperasikan secara otomatis. Atas dasar uraian kemajuan perkembangan
industri dan teknologi diatas, maka melalui penelitian ini akan melakukan
pemanfaatan motor dc yang berfungsi
untuk menggerakkan atau pengatur posisi antena televisi, karena tempat atau
lokasi setiap stasiun transmisi televisi letaknya berbeda. Dalam hal penerimaan
sinyal dari sebuah stasiun televisi diperlukan suatu peralatan antena yang
kemudian sinyal dikirim lewat kabel ke televisi.
Adapun motor dc yang akan digunakan
dalam penelitian adalah jenis motor dc dengan tegangan maksimal 12 Volt, untuk
pengaturan putarannya dengan mengatur besarnya tegangan input. Untuk antenanya
menggunakan jenis Yagi directional (
Pengarah Yagi) yaitu jenis antena pengarah yang hanya mampu menerima sinyal
dari satu titik atau satu arah saja.
B.
Rumusan
masalah
“
Apakah kinerja motor dc dalam pengendalian sistem perputaran antena
televisi dapat berfungsi secara optimal ? “.
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah :
1.
Membuat rancangan
gerbox yang akan dihubungkan ke motor dc
untuk pengendalian posisi antena televisi.
2.
Menguji sistem motor dc
pada pengendalian perputaran posisi antena televisi.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian adalah sistem peralatan yang dihasilkan dapat
memenuhi kebutuhan manusia dalam menunjang kehidupan sehari – hari. Disamping
itu alat ini diharapkan dapat menambah pembaharuan dan perkembangan teknologi
motor dc maupun antena televisi.
E.
Definisi
dan Asumsi
1.
Definisi
Agar
tidak terjadi penafsiran yang berbeda terhadap penelitian ini, maka perlu
didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut :
a.
Motor DC : jenis mesin arus searah yang mengkonversikan
energi listrik dc menjadi energi
mekanik.
b.
Sistem perputaran : suatu sistem pergerakan motor dc yang
berputar dengan sudut maksimal 360
.
c.
Antena :
suatu sarana penangkapan isyarat gelombang frekwensi tinggi untuk
pesawat penerima televisi.
2.
Asumsi
a.
Kondisi rugi, efisiensi
dan faktor panas pada motor dc dalam penelitian ini diasumsikan kecil.
b.
Untuk tipe antena lain
dengan berat yang sama diasumsikan juga dapat digunakan.
F.
Batasan
Masalah
Batasan
masalah dalam penelitian ini :
1.
Menggunakan motor dc
dengan sistem penguatan seri.
2.
Dalam penelitian ini
jenis motor dc yang digunakan memiliki tegangan maksimal 12 Volt.
3.
Tegangan yang digunakan
pada penelitian ini hanya 9 Volt.
4.
Antena yang digunakan
jenis “Yagi Directional”
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Motor
DC
1.
Pengertian Motor DC
Mesin arus searah pada dasarnya
sama dengan mesin arus bolak – balik, kecuali bahwa mesin arus searah memiliki
suatu komutator, yang berfungsi mengubah tegangan bolak – balik menjadi
tegangan searah. Konstruksi mesin arus
searah baik motor maupun generator adalah sama, terdapat bagian yang berputar
dan bagian yang tidak berputar. Mesin dc
dapat digunakan dalam banyak pengaturan karena memiliki sifat (karakteristik)
yang fleksibel dan bermacam – macam cara penguatannya. Menurut Masdoeki Roef’ie (1994), Hamzah Berahim
(1991), mesin dc dibedakan dua jenis yaitu :
a.
Generator dc, berfungsi mengkonversikan dari energi mekanik
menjadi energi listrik dc, contoh : turbin, mesin diesel, mesin uap dan lain –
lain.
b.
Motor dc, berfungsi
mengkonversikan dari energi listrik menjadi energi mekanik, contoh : motor dc untuk menggerakkan viper pada
mobil, penghisap debu, trem listrik dan lain – lain.
2.
Kontruksi Motor DC
Kontruksi motor dc terdapat bagian
yang diam (statis) disebut stator, bagian yang berputar disebut rotor dan bagian
lain. Untuk lebih jelasnya dibawah ini konstruksi dari motor dc.
Gambar 2.1 :
Konstruksi Motor DC
Keterangan gambar
a.
Stator
Gambar 2.2 : Stator
Stator adalah bagian
dari motor yang diam (statis) dan konstruksinya terdiri dari :
1).
Badan Mesin (gandar)
Badan mesin fungsi utamanya adalah
sebagai tempat meletakkan dan melindungi bagian dalam mesin, agar mudah
dilewati oleh fluksi magnetik maka badan mesin dibuat dari bahan ferromagnetik.
2).
Kutub Utama ( kutub – kutub utama )
Kutub Utama pada motor dc adalah
kutub magnet buatan yang diperoleh dari proses elektromagnetis. Kutub utama
terdiri dari inti kutub, sepatu kutub dan kumparan kutub. Untuk kumparan kutub
ini berfungsi untuk memperkecil kerugian Eddy Current, karena dapat menimbulkan
panas pada kutub utama.
Gambar 2.3 :
Kutub Utama
3).
Kutub bantu (kutub antara)
Berfungsi untuk menimbulkan fluksi
diantara kutub utama, sehingga fluksi tersebut digunakan untuk mengimbangi
reaksi jangkar. Oleh karena itu kutub bantu ini dapat memelihara kelancaran
pengoperasian motor dc.
Gambar 2.4 :
Kutub Bantu
4).
Kumparan Penguat (kumparan kutub utama)
Fungsi dari kumparan penguat adalah
penguatan pada kutub, sehingga dapat membangkitkan fluksi magnetik pada
kutub. Apabila kumparan dialiri arus
maka akan terjadi proses elektromagnetis, sehingga menimbulkan fluksi magnetik
pada kutub – kutub magnet tersebut.
Gambar 2.5 :
Kumparan Penguatan
Menurut sistem hubungannya kumparan
penguatan dibedakan :
a).
Sistem penguatan shunt
Besar tahanan pengauatan shunt ialah :
Dimana :
Rsh =
tahanan kumparan penguatan shunt (Ω)
L =
panjang kawat (m)
F =
tahanan jenis (Ωmm/
)
A =
luas penampang kawat (m
)
Untuk memperoleh nilai
tahanan yang besar, maka jumlah
lilitan (N) harus banyak dan luas
penampang kawat
(A) harus kecil. Arus beban pada
penguatan shunt akan terbagi melalui kumparan jangkar dan kumparan
shunt, karena sistem penguatan shunt
dihubungkan parallel dengan kumparan jangkar. Tahanan penguatan shunt dibuat
lebih besar dari tahanan kumparan jangkar. Agar fluksi magnetik yang dihasilkan
besarnya sama antara kumparan jangkar dengan tahanan kumparan penguatan shunt.
Gambar 2.6 : Sistem
Penguatan Shunt
b).
Sistem penguatan seri
Arus yang mengalir
melalui kumparan jangkar sama dengan arus yang mengalir melalui kumparan seri,
karena kumparan sistem penguatan seri dihubungkan seri dengan kumparan jangkar.
Untuk memperkecil kerugian tegangan, maka tahanan kumparan seri harus kecil.
Supaya diperoleh tahanan seri yang kecil, maka jumlah lilitan harus sedikit dan
penampang kawatnya dibuat besar.
Gambar 2.7 : Sistem Penguatan Seri
c). Sistem penguatan kompon
Sistem hubungan
penguatan kompon merupakan gabungan dari sistem penguatan shunt dengan sistem penguatan seri. Sistem
penguatan kompon terdiri dari atas dua macam yaitu sistem penguatan kompon
pendek dan sistem penguatan kompon panjang.
Gambar 2.8 : Sistem
Penguatan Kompon Panjang
Gambar 2.9 : Sistem
Penguatan Kompon Pendek
5).
Kumparan kutub antara
Kumparan
ini dipasang seri dengan kumparan jangkar dan memiliki sifat yang sama dengan
kumparan seri. Kumparan kutub bantu terdiri dari kawat (konduktor) yang
memiliki luas penampang besar dan mempunyai beberapa belitan.
6).
Kumparan kompensasi
Kumparan ini dihubungkan secara
seri dengan kumparan jangkar dan ditahankan dalam sepatu kutub serta memiliki penampang
yang besar. Kumparan ini hanya terdapat pada mesin besar.
Fungsi kumparan kompensasi :
a)
Untuk mengimbangi reaksi pembagian
kerapatan.
b) Sebagai pembagi kerapatan fluksi magnetik
yang merata dicelah udara pada saat
mesin dibebani.
7).
Rumah Stator
Rumah stator dapat dibedakan jenis
rumah terbuka dan rumah tertutup. Untuk mesin rumah terbuka biasanya
ditempatkan di dalam ruangan yang terlindung dari panas dan hujan, sedangkan
mesin dengan rumah tertutup ditempatkan diluar ruangan.
b.
Rotor
Rotor adalah bagian
yang berputar dan menurut konstruksinya terdiri dari :
1).
Jangkar
Jangkar mesin arus searah terdiri
dari :
a). Inti Jangkar
Inti jangkar ini terbuat bahan ferromagnetik, agar
kumparan jangkar terletak dalam daerah yang induksi magnetnya besar, sehingga
GGL induksi magnet yang dihasilkan bertambah besar. Pada inti jangkar terdapat
alur – alur dan gigi – gigi. Alur – alur ini berfungsi sebagai tempat kumparan dan
pada gigi – gigi terdapat lubang – lubang sebagai pendingin.
b). Kumparan jangkar
kumparan jangkar berfungsi untuk
tempat terbentuknya GGL induksi jika mesin sebagai generator, jika mesin
berfungsi sebagai motor kumparan jangkar berfungsi sebagai pembangkit gaya
lorent yang menimbulkan kopel dan akan
memutar jangkar.
Gambar 2.10 :
Jangkar
2).
Komutator
Komutator berfungsi sebagai alat
penyearah mekanik yang bersama – sama sikat membalikkan arah arus listrik bolak
– balik (ac = alternating current)
menjadi arus listrik searah ( dc =direct current ). Untuk menghasilkan
penyearah yang lebih baik (lebih rata), maka komutator dibuat bentuk lempeng –
lempeng atau berlamel – lamel yang terisolasis satu dengan yang lainnya.
Gambar 2.11 :
Komutator
3).
Poros jangkar (as)
Apabila mesin sebagai motor poros
jangkar ini sebagai tempat kopling antara rotor dengan beban dan sebagai
tumpuan kumparan jangkar sehingga akan mempertahankan posisi putaran jangkar
pada tempatnya.
c.
Bagian
lain
Konstruksi bagian –
bagian lain terdiri dari :
1)
Celah udara
Celah udara (air gas) merupakan
bagian yang terletak diantara stator dan rotor yang berfungsi sebagai jalannya
fluksi magnetik dari kutub – kutub ke inti jangkar.
2)
Sikat
Bagian ini berfungsi sebagai
penghubung aliran arus pada lilitan jangkar dengan beban. Fungsi lainnya adalah
untuk tempat terjadinya proses komutasi bersama dengan komutator. Sikat harus
lebih lunak dari pada komutator, agar gesekan antara komutator dengan sikat
tidak mengakibatkan ausnya komutator. Biasanya bahan utamanya terbuat dari batu arang, seperti : batu arang
biasa, batu arang grafit, batu arang elektromagnetik dan batu arang logam.
Gambar
2.12 : Sikat dan Pemegang
3).
Kipas
Untuk proses pendinginan pada saat
mesin beroperasi diperlukan adanya kipas yang menghembuskan udara masuk ke
dalam badan mesin. Bahan utama kipas terbuat dari mika, plat baja, dan memiliki
sudu – sudu serta leher poros. Leher
poros tersebut dimasukkan ke dalam poros kemudian dipasak agar tidak berputar
pada poros tersebut.
Gambar 2.13 : Kipas
Rotor
3.
Prinsip kerja motor DC
Motor dc bekerja berdasarkan teori
gaya lorent, yang diuraikan sebagai berikut “ Tangan kiri diletakkan menengadah
ke atas, sehingga garis – garis gaya magnet jatuh pada telapak
tangan, jari – jari yang direntangkan menunjukkan arah arus yang
diberikan, sedangkan ibu jari menunjukkan arah gaya Lorent yang dibangkitkan”.
Dibutuhkan energi listrik untuk
menggerakkan arus yang berlawanan dengan GGL lawan, energi listrik inilah yang
diubah menjadi energi mekanik oleh motor dc. Arus listrik I yang
dialirkan di dalam suatu medan magnet dengan kerapatan fluks magnetik B akan
menghasilkan suatu gaya sebesar :
F= B.I.L (Zuhal, 1991 :58)
Dimana :
B
= kerapatan fluks per
I = arus
pada penghantar (A)
L =
panjang penghantar (cm)
Persamaan F = B.I.L, merupakan prinsip sebuah motor,
dimana terjadi proses perubahan energi listrik (I) menjadi energi mekanik (F). Pada saat gaya F
dibangkitkan, konduktor bergerak di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya
gerak listrik yang merupakan reaksi (lawan) terhadap tegangan penyebabnya. Agar proses konversi
energi listrik menjadi energi mekanik dapat berlangsung, tegangan sumber harus
lebih besar dari gaya gerak listrik lawan.
4.
Gaya gerak listrik
(GGL) – lawan
Apabila sebuah kumparan jangkar dalam
sebuah medan magnet dialiri arus, maka kumparan jangkar timbul torsi, sehingga
jangkar berputar (arahnya sesuai dengan kaidah tangan kiri). Jangkar yang
berputar dalam medan magnet akan timbul GGL (arahnya sesuai dengan kaidah
tangan kanan). Arah GGL induksi tersebut berlawanan arah dengan arah GGL –
sumber, sehingga disebut GGL – lawan.
Menurut Zuhal gerak listrik – lawan
(Eb) yang dibangkitkan ialah :
Eb =
Eb = V-IaRa
(Zuhal, 1991 : 149)
Dimana
:
Eb = gaya
gerak listrik (Volt)
V =
tegangan input (Volt)
Ia =
arus yang mengalir pada belitan jangkar (A)
Ra =
nilai resistensi belitan jangkar (Ω)
5.
Torsi
Torsi pada motor dc yang memutar
jangkar bergantung pada fakor fluks yang dihasilkan oleh kutub utama (Ф) dan
arus yang mengalir pada belitan jangkar (Ia). Sehingga torsi yang menggerakkan
jangkar dari pada motor dirumuskan :
(Zuhal, 1991 : 141)
Dimana :
T
= torsi (Ib-ft atau
.m)
Φ
= fluks per kutub (Maxwell)
Ia = arus
jangkar (A)
C = konstanta yang diperoleh dari persamaan
berikut :
(Zuhal , 1991: 141)
Dimana :
p
= banyaknya kutub
z
= jumlah total penghantar
a
= jumlah alur pada belitan jangkar
akibat dari fluks yang dihasilkan
oleh kutub utama (Ф) dan arus yang mengalir pada belitan jangkar (Ia) akan
menghasilkan gaya (F). suatu penampang berjari – jari r meter dan gaya adalah F
Newton serta kecepatan.
6.
Putaran motor arus
searah
Besarnya putaran (n) pada saat
motor dc bekerja ditentukan oleh perubahan jumlah putaran, yaitu :
(Zuhal, 1991 : 153)
dimana :
V =
tegangan input (Volt)
Ia =
arus jangkar (Ampere)
Ra =
tahanan jangkar (Ohm)
Ф =
fluks / kutub (Maxwell)
C
= konstanta
Pada umumnya motor dc yang
diperdagangkan putarannya dibuat sesuai dengan keperluan. Untuk mengatur jumlah
putaran diantaranya dapat dilakukan dengan cara memperbesar atau memperkecil
tegangan input (V) dengan tahanan variabel.
B. Pengaturan kecepatan Motor Seri Arus Searah.
Berputarnya
jangkar dalam medan magnet akan menimbulkan gaya gerak listrik lawan (Eb) yang
besarnya :
Eb =
C.Ф.n
Atau
Eb =
V-Ia.Ra
Sehingga
besarnya putaran motor dc adalah :
n =
Dari persamaan tersebut
bahwa putaran motor dc dapat diatur dengan cara mengatur besarnya tegangan
input (V), mengatur tahanan luar didalam rangkaian jangkar yang berarti
mengatur arus jangkar (Ia), dan mengatur besarnya fluksi (Ф) dengan mengatur
arus penguatan motor. Pengaturan
putaran motor dengan cara memperbesar atau memperkecil tegangan input dengan
mempergunakan tahanan variabel yang dipasang seri dengan jangkar.
Keuntungan metode
pengaturan seperti ini ialah cukup sederhana dan mudah menghubungkannya serta
seperti dikombinasi dengan starting motor. Kerugian metode
pengaturan ini ialah pengaturan kecepatan kurang baik, efisiensi rendah dan
jika untuk motor dengan daya besar pengaturannya cukup sulit.
Perubahan
kecepatan (n) sesuai dengan rumus :
n
=
Maka
kecepatan dapat dilakukan dengan mengubah Eb atau Ф.
Maka kurva
karakteristiknya sebagai berikut :
Gambar 2.14 : Grafik karakteristik putaran (n) terhadap
arus jangkar (Ia)
C. Membalik Putaran Motor Arus Searah
Untuk
membalik putaran motor dc yang paling popular adalah dengan cara membalik
hubungan jangkar. Dengan merubah arah keduanya atau membalik hubungan tegangan
positif (+) atau tegangan negative (-), sehingga putarannya tidak berubah
melainkan berbahaya jika pada putaran tinggi yang berakibat motor tidak stabil
dan arus jangkar sangat tinggi.
Gambar 2.15 :
Proses pembalikan putaran
D. Antena Pengarah Yagi ( Yagi Directional )
Antena yang digunakan
sebagai sarana penangkapan isyarat gelombang frekuensi tinggi untuk pesawat
penerima TV, memiliki aneka bentuk serta tipe yang berbeda – beda. Dari mulai
tipe yang paling sederhana dengan bentuk seperti sebuah antenna untuk radio
transistor yang biasa disebut sebagai “Telescope tunggal” sampai dengan bentuk
tipe yang rumit dengan banyak elemen berderet dari ujung sampai ujung.
Aneka bentuk dan tipe
antenna TV yang bermacam macam itu bukanlah merupakan suatu variasi agar
kelihatan menarik dan tidak monoton dipandang mata, melainkan memang
disesuaikan dengan kanal dan jalur frekuensi yang digunakan. Antena yang
digunakan untuk jalur VHF rendah berbeda dengan untuk VHF tinggi, dan juga
berbeda pula untuk jalur UHF. Begitu juga lemah atau kuatnya daerah penerimaan
isyarat juga merupakan factor yang menentukan untuk jenis dan tipe yang
bagaimana antenna yang harus digunakan.
Jenis antena yang
paling banyak digunakan adalah antenna Pengarah Yagi (Yagi Direktional). Antena Pengarah Yagi memiliki sifat yang hanya
mampu menerima sinyal dari satu arah saja untuk diperoleh gambar yang baik.
Untuk antena ini terdiri dari elemen pengarah (director), elemen antenna
(proyektor), dan elemen pemantul (reflektor).
Dalam
penelitian ini akan digunakan antenna Pengarah Yagi (Yagi Directional) yang memiliki 13 elemen, yang terdiri atas 6
elemen pengarah (director), 4 elemen pemantul (reflector) dan 2 elemen antena
(proyektor).
Gambar 2.16 :
Antena pengarah yogi
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen, karena penelitian ini bertujuan untuk mengujicoba
motor dc yang telah dibuat untuk mengendalikan sistem perputaran antena
televisi. Oleh karena itu dalam menganalisa data – data dalam penelitian ini
dengan cara deskriptif.
B. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini
adalah motor dc dan antena televisi. Proses pembuatan alat pengendali
perputaran antena televisi dengan menggunakan motor dc memerlukan perencanaan,
pembuatan dan ujicoba. Untuk mengujicoba motor dc yang digunakan dalam penelitian
ini jenis motor dc dengan tegangan
maksimal 12 volt dan jenis antena Yagi directional yang terdiri dari 6 elemen director, 4 elemen reflector dan 2 elemen proyektor.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di Laboratorium Universitas
PGRI Adi Buana, Surabaya. Pada bulan Mei 2011 s/d desember 2011.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini
dirancang untuk menjawab rumusan masalah penelitian dengan jenis penelitian
eksperimen. Untuk itu dalam merancang suatu prototipe alat yang sesuai dengan
obyek penelitian, sehingga yang dijadikan dasar utama dalam perancangan ini yaitu
motor dc dan antena televisi.
1.
Menentukan motor dc yang akan digunakan.
Setelah melakukan observasi di
laboratorium Elektronika, diputuskan motor dc yang digunakan dalam penelitian
adalah jenis motor dc yang memiliki tegangan maksimal 12 Volt. Dipilihnya motor
dc tersebut dengan pertimbangan biaya yang relatif murah, mudah mencarinya, dan
arena beban yang digunakan tidak terlalu berat.
2.
Menentukan antena yang
akan digunakan
Berdasarkan konstruksinya antena
Yagi Directional, lebih populer apabila dibandingkan dengan jenis antena logaritmis (Log Periodic) maupun antena lup ( Loop). Dalam
prototipe alat penelitian ini antena
yang digunakan terdiri atas 6 elemen director, 4 elemen reflector dan 2 elemen
proyektor dan memiliki berat sebesar 256,5 gram.
3.
Pengujian prototipe
alat
Setelah dipilih jenis motor dc dan
antena yang digunakan dalam penelitian, diperlukan pengujian alat. Untuk
melakukan pengujian prototipe alat diperlukan gambar rangkaian, peralatan,
langkah percobaan dan tabel pengamatan. Dalam pengujian ini dibedakan besarnya
daya motor dc tanpa antena maupun dengan antena televisi.
a.
Rangkaian
Gambar 3.1 : Rangkaian
percobaan
b.
Peralatan yang
digunakan
i.
Adaptor
1 buah
ii.
- Motor
dc 12 Volt 1 buah
iii.
- Antena 1
buah
iv.
- Statif 1
buah
v.
- Penjepit 1
buah
c.
Langkah Percobaan
i.
Menyiapkan alat
yang dibutuhkan.
ii.
Merangkai alat
sesuai dengan gambar
rangkaian.
iii.
Menghubungkan rangkaian
dengan sumber tegangan dc 24 Volt (power supply / adaptor)
iv.
Memanipulasi tegangan
mulai dari 2,5
Volt sampai 9,0
Volt untuk tanpa beban antena,
kemudian catat arusnya.
v.
Mengulangi langkah
4 dengan menggunakan
beban antena.
vi.
Mematikan power
supply
vii.
Membongkar rangkaian
dan mengembalikan peralatan.
d.
Tabel pengamatan
Tabel 3.1 : Data pengamatan percobaan motor dc tanpa antenna maupun dengan
antena televisi
No
|
Tanpa Antena
|
Dengan Antena
|
||||
Tegangan
(Volt)
|
Arus
(Ampher)
|
Daya
(Watt)
|
Tegangan
(Volt)
|
Arus
(Ampher)
|
Daya
(Watt)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
E. Variabel
dan definisi Operasional
Variabel
1. Variabel
manipulasi : besarnya
tegangan input, besarnya tegangan input
dapat diperoleh dengan mengatur tahanan variabel tegangan pada
power supply digital.
2. Variabel respon :
besarnya arus, besarnya daya, kecepatan putaran motor dc.
3.
Variabel kontrol : jenis motor dc, jenis antena, power supply.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimen di Laboratorium
elektronika, jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya. Ekperimen dilakukan dengan mengadakan beberapa kali percobaan.
Percobaan tersebut dimulai dari tegangan 2,5 Volt samapi 9,0 Volt baik tanpa
antena maupun dengan antena.
G. Teknik Analisa Data
Seperti yang telah
disebutkan diatas, yaitu penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian
eksperimen. Oleh karena itu untuk menganalisa data – data yang telah diperoleh
dicatat dalam tabel diatas, kemudian dianalisa secara deskriptif.
BAB
IV
HASIL
DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara mengatur
tahanan variabel (Vr) untuk tegangan input pada power supply, sehingga
secara otomatis akan diperoleh besarnya arus. Data penelitian ini
terdiri dari besarnya tegangan input, arus dan daya motor dc. Data – data
penelitian tersebut termuat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1 : Hasil Pengamatan unjuk kerja motor dc tanpa antena
Maupun
dengan antena televisi
Per cobaan ke
|
Tanpa antena
|
Dengan antena
|
||||
Tegangan (Volt)
|
Arus (Ampher)
|
Daya (Watt)
|
Tegangan (Volt)
|
Arus (Ampere)
|
Daya (Watt)
|
|
1
|
2,5
|
0,03
|
0,075
|
2,5
|
0,11
|
0,275
|
2
|
2,7
|
0,03
|
0,081
|
2,7
|
0,12
|
0,324
|
3
|
2,9
|
0,03
|
0,087
|
2,9
|
0,15
|
0,435
|
4
|
3,1
|
0,03
|
0,093
|
3,1
|
0,18
|
0,558
|
5
|
3,3
|
0,04
|
0,132
|
3,3*
|
0,07
|
0,231
|
6
|
3,6
|
0,04
|
0,144
|
3,6
|
0,05
|
0,180
|
7
|
3,9
|
0,04
|
0,156
|
3,9
|
0,06
|
0,234
|
8
|
4,1
|
0,04
|
0,164
|
4,1
|
0,06
|
0,246
|
9
|
4,3
|
0,04
|
0,172
|
4,3
|
0,05
|
0,215
|
10
|
4,5
|
0,04
|
0,180
|
4,5
|
0,06
|
0,270
|
11
|
4,7
|
0,04
|
0,188
|
4,7**
|
0,07
|
0,329
|
12
|
4,9
|
0,04
|
0,196
|
4,9**
|
0,07
|
0,343
|
13
|
5,0
|
0,04
|
0,200
|
5,0**
|
0,06
|
0,300
|
14
|
5,2
|
0,04
|
0,208
|
5,2**
|
0,07
|
0,364
|
Per
cobaan ke
|
Tanpa Antena
|
Dengan Antena
|
||||
Tegangan (Volt)
|
Arus (Ampere)
|
Daya (Watt)
|
Tegangan (Volt)
|
Arus (Ampere)
|
Daya (Watt)
|
|
15
|
5,4
|
0,04
|
0,216
|
5,4**
|
0,06
|
0,324
|
16
|
5,5
|
0,04
|
0,220
|
5,5**
|
0,06
|
0,330
|
17
|
5,6
|
0,04
|
0,224
|
5,6**
|
0,06
|
0,336
|
18
|
5,8
|
0,04
|
0,232
|
5,8
|
0,07
|
0,406
|
19
|
6,0
|
0,04
|
0,240
|
6,0
|
0,06
|
0,360
|
20
|
6,2
|
0,04
|
0,248
|
6,2
|
0,07
|
0,434
|
21
|
6,4
|
0,05
|
0,320
|
6,4
|
0,06
|
0,384
|
22
|
6,6
|
0,05
|
0,330
|
6,6
|
0,07
|
0,462
|
23
|
6,8
|
0,05
|
0,340
|
6,8
|
0,06
|
0,408
|
24
|
7,0
|
0,05
|
0,350
|
7,0
|
0,07
|
0,490
|
25
|
7,3
|
0,05
|
0,365
|
7,3
|
0,07
|
0,511
|
26
|
7,5
|
0,05
|
0,375
|
7,5
|
0,06
|
0,450
|
27
|
7,8
|
0,05
|
0,390
|
7,8
|
0,07
|
0,546
|
28
|
8,1
|
0,05
|
0,405
|
8,1
|
0,06
|
0,486
|
29
|
8,4
|
0,06
|
0,504
|
8,4
|
0,07
|
0,588
|
30
|
8,6
|
0,06
|
0,516
|
8,6
|
0,07
|
0,602
|
31
|
8,9
|
0,06
|
0,534
|
8,9
|
0,06
|
0,534
|
32
|
9,0
|
0,06
|
0,540
|
9,0
|
0,07
|
0,630
|
Catatan
:
* awal berputarnya motor dc jika dengan beban
antena televisi
** daerah ideal perputaran antena televisi
B. Analisa
Data
Dari data hasil
penelitian unjuk kerja motor dc pada pengendalian sistem perputaran antena
televisi, yang menggunakan rancangan gerbox sebagai power supply. Apabila tanpa
beban antena pada tegangan 2,5 Volt dan arus 0,03 A motor dc sudah berputar,
tapi jika dengan beban antena motor dc mulai berputar pada tegangan 3,3 Volt
dan arus 0,07 A. Perputaran antena dalam keadaan ideal di saat tegangan 4,7 Volt
sampai 6,0 volt.
Besar P
dapat dihitung berdasarkan rumus,
P = V . I
1.
Perhitungan daya (P) pada saat tanpa beban antena :
Percobaan
1 Percobaan
17
V
= 2,5 Volt ; I = 0,03 A
V = 5,6 Volt ; I = 0,04 A
P = 2,5 . 0,03 P = 5,6 . 0,04
P = 0,075 Watt P = 0,224 Watt
Percobaan
2 Percobaan
18
V = 2,7 Volt ; I = 0,03 A V
= 6,0 Volt ; I = 0,04 A
P = 2,7 . 0,03 P = 6,0 . 0,04
P = 0,081 Watt P = 0,224 Watt
Percobaan 3 Percobaan 19
V = 2,9 Volt ; I = 0,03 A V
= 6,0 Volt ; I = 0,04 A
P = 2,9 . 0,03 P = 6,0 . 0,04
P = 0,087 Watt P = 0,240 Watt
Percobaan 4 Percobaan 20
V = 3,1 Volt ; I = 0,03 A V
= 6,2 Volt ; I = 0,04 A
P = 3,1 . 0,03 P = 6,2. 0,04
P = 0,093 Watt P = 0,248 Watt
Percobaan 5 Percobaan 21
V = 3,3 Volt ; I = 0,04 A V
= 6,4 Volt ; I = 0,05 A
P = 3,3 . 0,04 P = 6,4 . 0,05
P = 0,132 Watt P = 0,320 Watt
Percobaan 6 Percobaan 22
V = 3,6 Volt ; I = 0,04 A V
= 6,6 Volt ; I = 0,05 A
P = 3,6 . 0,04 P = 6,6 . 0,05
P = 0,144 Watt P = 0,330 Watt
Percobaan 7 Percobaan 23
V = 3,9 Volt ; I = 0,04 A V
= 6,8 Volt ; I = 0,05 A
P = 3,9. 0,04 P = 6,8 . 0,05
P = 0,156 Watt P = 0,340 Watt
Percobaan 8 Percobaan 24
V = 4,1 Volt ; I = 0,04 A V
= 7,0 Volt ; I = 0,05 A
P = 4,1 . 0,04 P = 7,0 . 0,05
P = 0,164 Watt P = 0,350 Watt
Percobaan 9 Percobaan 25
V = 4,3 Volt ; I = 0,04 A V
= 7,3 Volt ; I = 0,05 A
P = 4,3 . 0,04 P = 7,3 . 0,05
P = 0,172 Watt P = 0,365 Watt
Percobaan 10 Percobaan 26
V = 4,5 Volt ; I = 0,04 A V
= 7,5 Volt ; I = 0,05 A
P = 4,5 . 0,04 P = 4,5 . 0,05
P = 0, 180 Watt P =0,375 Watt
Percobaan 11 Percobaan 27
V = 4,7 Volt ; I = 0,04 A V
= 7,8 Volt ; I = 0,05 A
P = 4,7 . 0,04 P = 7,8 . 0,05
P = 0,188 Watt P = 0,390 Watt
Percobaan 12 Percobaan 28
V
= 4,9 Volt ; I = 0,04 A
V = 8,1 Volt ; I = 0,05 A
P = 4,9 . 0,04 P = 8,1 . 0,05
P =0,196 Watt P = 0,405 Watt
Percobaan 13 Percobaan 29
V = 5,0 Volt ; I = 0,04 A V
= 8,4 Volt ; I = 0,06 A
P = 5,0 . 0,04 P = 8,4 . 0,06
P = 0,200 Watt P = 0,504 Watt
Percobaan 14 Percobaan 30
V = 5,2 Volt ; I = 0,04 A V
= 8,6 Volt ; I = 0,06 A
P = 5,2 . 0,04 P = 8,6 . 0,06
P = 0,208 Watt P = 0,516 Watt
Percobaan 15 Percobaan 31
V = 5,4 Volt ; I =0,04 A V
= 8,9 Volt ; I = 0,06 A
P = 5,4 . 0,04 P = 8,9 . 0,06
P = 0,216 Watt P = 0,534 Watt
Percobaan 16 Percobaan 32
V = 5,5 Volt ; I = 0,04 A V
= 9,0 Volt ; I = 0,06 A
P = 5,5 . 0,04 P = 9,0 . 0,06
P = 0,220 Watt P = 0,540 Watt
2. Perhitungan daya (P) pada saat dengan beban
antena :
Percobaan 1 Percobaan
17
V = 2,5 Volt ; I = 0,11 A V
= 5,6 Volt I = 0,06 A
P = 2,5. 0,11 P = 5,6 . 0,06
P = 0,275 Watt P =0,336 Watt
Percobaan 2 Percobaan 18
V = 2,7 Volt I = 0,12 A V
= 5,8 Volt I = 0,07 A
P = 2,7 . 0,12 P = 5,8 . 0,07
P = 0,324 Watt p = 0,406 Watt
Percobaan 3 Percobaan 19
V = 2,9 Volt ; I = 0,15 A V
= 6,0 Volt I = 0,06 A
P = 2,9 . 0,15 P = 6,0 . 0,06
P =0,435 Watt P =0,240 Watt
Percobaan 4 Percobaan 20
V = 3,1 Volt ; I = 0,18 A V
= 6,2 Volt ; I = 0,07 A
P = 3,1 . 0,18 P = 6,2 . 0,07
P = 0,558 Watt P = 0,434 Watt
Percobaan 5 Percobaan 21
V = 3,3 Volt ; I = 0,07 A V
= 6,4 Volt ; I = 0,06 A
P = 3,3 . 0,07 P = 6,4 . 0,06
P = 0,231 Watt P = 0,384 Watt
Percobaan 6 Percobaan 22
V = 3,6 Volt ; I = 0,05 A V
= 6,6 Volt ; I = 0,07 A
P = 3,6 . 0,05 P = 6,6 . 0,07
P = 0,180 Watt P = 0,462 Watt
Percobaan 7 Percobaan 23
V = 3,9 Volt ; I = 0,06 A V
= 6,8 Volt ; I = 0,06 A
P = 3,9 . 0,06 P = 6,8 . 0,06
P = 0,234 Watt P = 0, 408
Watt
Percobaan 8 Percobaan 24
V = 4,1 Volt ; I = 0,06 A V
= 7,0 Volt ; I = 0,07 A
P = 4,1 . 0,06 P = 7,0 . 0,07
P = 0,246 Watt P = 0,490 Watt
Percobaan 9 Percobaan 25
V = 4,3 Volt ; I = 0,05 A V
= 7,3 Volt ; I = 0,07 A
P = 4,3 . 0,05 P = 7,3 . 0,07
P= 0,215 Watt P = 0,511
Watt
Percobaan 10 Percobaan 26
V = 4,5 Volt ; I = 0,06 A V
= 7,5 Volt ; I = 0,06 A
P = 4,5 . 0,06 P = 7,5 . 0,06
P = 0,270 Watt P = 0,450 Watt
Percobaan 11 Percobaan 27
V = 4,7 Volt ; I = 0,07 A V
= 7,8 Volt ; I = 0,07 A
P = 4,7 . 0,06 P = 7,8 . 0,07
P = 0,329 Watt P = 0,546 Watt
Percobaan 12 Percobaan 28
V = 4,9 Volt ; I = 0,07 A V
= 8,1 A ; I = 0,06 A
P = 4,9 . 0,07 P = 8,1 . 0,06
P = 0,343 Watt P = 0,486 Watt
Percobaan 13 Percobaan 29
V = 5,0 Volt ; I = 0,06 A V
= 8,4 Volt ; I = 0,07 A
P = 5,0 . 0,06 P = 8,4 . 0,07
P = 0,300 Watt P = 0,588 Watt
Percobaan 14 Percobaan 30
V = 5,2 Volt ; I = 0,07 A V
= 8,6 Volt ; I = 0,07 A
P = 5,2 . 0,07 P = 8,6 . 0,07
P = 0,364 Watt P = 0,602 Watt
Percobaan 15 Percobaan 31
V = 5,4 Volt ; I = 0,06 A V
= 8,9 Volt ; I = 0,06 A
P = 5,4 . 0,06 P = 8,9 . 0,06
P = 0,324 Watt P = 0,534 Watt
Percobaan 16 Percobaan 32
V = 5,5 Volt ; I = 0,06 A V
= 9,0 Volt ; I = 0,07 A
P = 5,5 . 0,06 P = 9,0 . 0,07
P = 0,330 Watt P = 0,630 Watt
C. Pembahasan
Pada motor dc khususnya
yang memiliki penguatan seri dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Dari rumus diatas,
besarnya tegangan input pada motor dc dapat mempengaruhi besar kecilnya
putaran. Semakin besar tegangan input dalam motor dc maka daya yang bekerja
semakin besar dan kecepatan putaran motor semakin cepat pula. Dari data
penelitian yang didapat, yaitu untuk mengatur kecepatan antena yang memiliki
berat 256,5 gram bisa menggunakan tegangan 4,7 Volt sampai 5,6 Volt agar
diperoleh kecepatan ideal.
Berikut grafik tegangan
terhadap arus hasil pengamatan tanpa antena maupun dengan antena.
Gambar 2.18 : Grafik tegangan Vs arus
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
A
. Kesimpulan
Jenis Penelitian ini
adalah eksperimen. Yaitu mengadakan eksperimen dengan cara mengatur tegangan
input menggunakan tahanan variabel. Motor dc dan antena dibuat melalui proses
perencanaan, pembuatan dan ujicoba. Setelah diadakan eksperimen didapatkan data
– data penelitian yaitu mengatur tegangan input secara bertahap baik tanpa
antena maupun dengan antena pada tegangan yang sama. Apabila tanpa beban antena
pada tegangan 2,5 Volt dan arus 0,03 A motor dc sudah berputar, tapi jika
dengan beban antena motor dc mulai berputar pada tegangan 3,3 Volt dan arus
0,07 A. Perputaran antena dalam keadaan ideal di saat tegangan 4,7 Volt sampai
6,0 Volt. Dari analisis data penelitian semakin besar tegangan input semakin
besar pula nilai arus, daya dan kecepatan motor dc.
B. Saran
Agar dalam proses
pengendalian sistem perputaran antena televisi yang menggunakan motor dc dengan
tegangan maksimal 12 Volt perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1.
Power Supply yang digunakan untuk pengukuran diusahakan memiliki keakuratan
yang tinggi sehingga akan didapatkan data penelitian yang lebih sempurna atau
tepat dan dalam pengambilan data diusahakan beberapa kali.
2. Antena
yang digunakan dalam penelitian jangan terlalu berat, agar motor dc tidak sampai
terbakar dan diperoleh prototipe rekayasa
yang ideal.
3. Mengingat
portotipe alat yang dibuat telah berhasil dalam pengujian hendaknya alat ini
dipergunakan dalam kehidupan sehari – hari sebagai pembaharuan di dunia motor
dc maupun antena televisi.
4. Secara ekonomis rancangan gerbox
sebagai adaptor yang akan dihubungkan ke motor dc pada pengendalian perputaran
antena televisi lebih hemat dengan biaya 250.000.
DAFTAR
PUSTAKA
Ari Kunto, Suharsini.1996. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Proses.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Berahim,
Hamzah. 1991. Pengantar Tehnik Tenaga
Listrik. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
Irawan,
A. A., 2001. Antena VHF-UHF-Booster.
Solo: CV. Aneka
Irawan,
A. A., dkk 1992. Merakit dan Modifikasi
Antena Televisi dan Jalur Transmisi. Solo: CV. Aneka
Kadir, A., 1992. Pengantar Teknik Tenaga Listrik.
Jakarta: LP3ES.
Tim Penyusun .2008. Pedoman dan S.O.P. Surabaya. Universitas
PGRI Adi Buana.
Roefi’ie, Masdoeki. 1994. Mesin DC
Motor. Surabaya: University Press IKIP Surabaya.
Roefi’ie, Masdoeki. 1994. Motor DC
Khusus. Surabaya: University Press IKIP Surabaya.
Zuhal. 1991. Dasar Tenaga Listrik. Bandung: ITB.
Zuhal. 1993. Dasar Tenaga Listrik
dan Elektronika Daya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Gempur Santoso.
2005. Metodologi Penelitian ( Kuantitatif
dan Kualitatif ). Jakarta : Prestasi Pustaka.
Lampiran : Rangkaian percobaan khusus
Koq gambarnya gak keluar ya?? Boleh dikirim versi wordnya ke amixblack@gmail.com??
BalasHapus