Jumat, 15 Juni 2012

belajar inkuiri


A.    Pengertian Strategi Inkuiri

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah:
1.      Keterlibatan siswa belajar secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2.      Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran
3.      Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal. Joyce dalam W. Gulo (2004: 85) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut ialah:
  1. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang menguncang siswa berdiskusi. Hal ini menutut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan dan hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap teman, siswa, maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang ada.
  2. Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentaif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inkuiri. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengujian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda diantara siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelessaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended.
Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar. Di samping inkuiri terbuka dikenal pula inkuiri tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil proses inkuiri.
  1. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut:
  1. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir
  2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
  3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri
  4. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
  5. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan
  6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
  7. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa
Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.

B.     Strategi Inkuiri dan Dimensi Berpikir

Untuk merangsang kegiatan berpikir peserta didik, maka perlu diketahui apa yang dia ketahui dan bagaimana cara ia berpikir. Hanya dengan cara demikian dapat dikembangkan kemampuan berpikir siswa dalam proses inkuiri. Sering guru mengharapkan siswanya mengikuti cara berpikirnya sendiri, dan tidak sebaliknya guru mengikuti cara berpikir siswa.
Apabila misalnya guru bertanya kepada siswanya apa kelanjutan dari bilangan 2 dan 4, maka guru mengharapkan bahwa lanjutannya ialah 6. siswa menjawa 8 dan 5, tidak dapat diterima oleh guru karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Untuk mengenal berbagai cara berpikir siswa, terutama dalam mereka berinkuiri, perlu kita kenal beberapa cara berpikir pada umumnya.
  1. Berpikir urutan, apabila misalnya guru menghadapkan kepada siswa tiga bilangan berturut-turut, 2, 4, 6, maka siswa dapat menyebutkan bilangan paa urutan ke-4 adalah 8 dan yang ke-5 adalah 10. tetapi jika yang diinformasikan adalah 2, 7, 3, maka siswa sukar atau tidak dapat menyebutkan urutan selanjutnya karena tidak ditemukan suatu urutan tertentu yang bekerja dalam ketiga bilangan yang diamati.
  2. Berpikir bertentangan, jika kepada siswa dihadapkan pasangan kata-kata; panas-dingin dan kecil-besar, maka ia dapat menyeburkan pasangan dari kata-kata: siang-…….., berat-……….., dan seterusnya dengan benar. Kalau ia mengatakan siang berpasangan dengan panas, dan berat berpasangan dengan ton, maka ia belum menemukan prinsip apa yang menghubungkan, kata panas dengan dingin dan besar dengan kecil.
  3. Berpikir asosiasi, jika kepada siswa dihadapkan pasangan kata-kata: besi-berat; kapas-ringan, maka ia dapat menyeburkan pasangan dari kata murid-……. Dengan benar. Kalau ia mengatakan bahwa pasangan kata murid adalah guru, berarti ia belum menemukan hubungan asosiasi yang menghubungkan kata besi dengan berat, dan dimana ada kaps disitu ada ringan.
  4. Berpikir kausalitas, kalau kepaa siswa dihadapkan pasangan kata: rajin-pandai dan mendung-hujan, maka ia dapat menyebut pasangan dari kata menganggur-……dengan benar. Ia berarti bahwa setelah mengamati kedua pasangan kata yang dihadapkan kepadanya, maka ia menemukan adanya sifat sebab akibat (kausalitas) yang bekerja dalam setiap pasangan kata itu. Sifat tersebut ia terapkan pada kata menganggur, dan dia mencari apa akibatnya kalau orang menganggur.
  5. Berpikir kosnentris, berpikir konsentris menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi dari keempat cara berpikir di atas. Berpikir konsentris terarah pada mencari hakikat dari sesuatu yang bersifat umum.
  6. Berpikir konvergen, berpikir konvergen berpangkal dari unsur-unsur yang terpisah-pisah. Dengan mempelajari karakteristik dari kencenderungan masing-masing unsur, maka diketahui semua unsur mengarah pada satu titik tertentu. Misalnya ada tiga unsur yang diamati, yaitu kependudukan, investasi, dan pendidikan. Tampak bahwa pertambahan penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, pengeluaran untuk investasi makin merosot. Mutu pendidikan tampak makin menurun. Dengan kemampuan berpikir konvergen, maka diketahui pada waktu yang akan datang tingkat pengangguran makin tinggi.
  7. Berpikir divergen, berpikir divergen bertitik tolak dari suatu peristiwa menuju ke berbagai kemungkinan. Dari peristiwa pengangguran misalnya, pikiran berkembang berbagai alternatif seperti; kriminialitas, wabah kelaparan, dan kerusakan lingkungan hidup.
  8. Berpikir silogisme, berpikir silogisme bertitik tolak pada premis mayor yang tidak diragukan kebenarannya. Kemudan ada premis minor yang sifatnya lebih khusus. Dengan menghadapkan premis minor terhadap premis mayor maka akan dapat diperoleh suatu kesimpulan.
Cara-cara berpikir seperti yang disebut di atas hanyalah merupakan salah satu dimensi dalam kegiatan berpikir, yaitu dimensi proses dari kegiatan itu sendiri. Dalam kegiatan berpikir terbagi menjadi 3, yaitu : 1) konten, 2) proses (peration), dan 3) produk.
Pada dimensi konten ada empat bentuk materi yang dipikirkan, yaitu ; 1) materi berbentuk figural (gambar), 2) materi berbentuk simbolik, 3) materi berbentuk semantik, dan 4) materi berbentuk behavioral atau perilaku. Setiap materi/konten dapat diproses secara intelektual dalam lima cara, atau apa yang disebut taksonomi kognitif. Kelima cara memproses itu ialah; 1) kognisi, 2) memori, 3) berpikir secara divergen, 4) berpikir secara konvergen, dan 5) berpikir evaluasi. Memori dapat disamakan dengan pengetahuan, kognisi dengan pemahaman, evaluasi sama dengan evaluasi pada taksonomi. Berpikir divergen dan konvergen dapat disamakan dengan aplikasi, analisis, dan sintesis.
Pada dimensi produk dapat dilihat ada enam produk berpikir, yaitu :
1.      Unit adalah suatu objek utuh yang berbeda dengan yang lain. Umumnya semua kata benada menunjuk kepada unit.
2.      Kelas adalah suatu produk yang lebih luas dari unit. Kelas pada umumnya berupa konsep atau istilah yang menunjuk kepada seperangkat objek yang memiliki ciri-ciri umum yang sama. Istilah-istilah seperti minat, efisiensi, ketekunan termasuk dalam kategori ini.
3.      Relasi menunjuk pada hubungan diantara dua hal. Proposisi biasanya termasuk dalam relasi. Contoh-contoh dari relasi antara lain: “anak dari……” atau “kawin dengan……” atau “lebih sukar dari pada ……”.
4.      Sistem adalah suatu produk hasil berpikir yang bentuknya lebih rumit. Sistem merupakan suatu pola, atau organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang saling mempengaruhi. Persamaan matematika, program atau rencana suatu kegiatan, outline, adalah contoh-contoh dari sistem.
5.      Tranformasi menunjuk pada perubahan, revisi, perumusan ylang atau modifikasi
6.      Implikasi menunjuk pada apa yang diharapkan, apa yang diantisipasikan dari suatu informasi. Pada gambar di atas dari suatu garis berbentuk siku-siku dapat diantisipasikan bentuk siku empat.
Strategi pengajaran inkuiri aalah suatu strategi yang berusaha memaksimalkan kadar CBSA pada belajar siswa. Kerangka dasar inkuiri dapat dilihat dalam rentangan dua strategi belajar-mengajar yang ekstrem, yaitu strategi ekspositori dan strategi heuristik, dan tingkat minimal pada strategi ekspositori. Di samping rendahnya kadar CBSA, pada strategi ekspositori dapat terbuka peluang bagi masuknya domestifikasi terhadap peserta didik. Kemampuan intelektual akan menjadi optimal pada taksonomi evaluasi jika inkuiri mencapai tingkat optimal. Pada bagan di bawah diperlihatkan hubungan antara strategi inkuiri dan ekspositori dengan kemampuan-kemampuan berpikir dan taksonomi kognitif.

Strategi belajar-mengajar, taksonomi kognitif, dan kemampuan berpikir

Strategi
Taksonomi kognitif
Proses berpikir
Ekspositori murni
Ekspositori modifikasi
Inkuiri modifikasi


Inkuiri optimal
Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Memori
Kognisi
Konvergen
Divergen

Evaluasi

Seperti tampak pada bagan di atas, strategi inkuiri menuntut kemampuan intelektual paling rendah pada taksonomi aplikasi dengan proses berpikir konvergen atau divergen. Berhubung kemampuan ini merupakan kelanjutan dari pemahaman, berarti strategi ekspositori diperlukan sebagai jalan masuk kepada inkuiri.

C.    Proses Inkuiri

Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai paa kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.









Proses Inkuiri



 

















Semua tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas merupakan kegiatan belajar dari siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori murni, semua tahap itu dilakukan sendiri oleh guru. Guru yang merumuskan, guru yang menyusun hipotesis, guru yang mencari bukti, guru yang membuktikan hipotesis, dan yang merumuskan kesimpulan. Semua perolehan guru pada setiap tahap diinformasikan kepada peserta didik. Pada inkuiri semua dilakukan oleh siswa.
Kemampuan-kemampuan yang dituntut pada setiap tahap dalam proses inkuiri itu ialah:

Kemampuan dikembangkan dalam proses inkuiri

Tahap inkuiri
Kemampuan yang ditutut
1.      Merumuskan masalah
1.      Kesadaran terhadap masalah
2.      Melihat pentingnya masalah
3.      Merumuskan masalah
2.      Merumuskan jawaban sementara (hipotesis)
1.      Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh
2.      Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis
3.      Merumuskan hipotesi
3.      Menguji jawaban tentatif
1.      Merakit peristiwa
a.        Mengidentifikasikan peristiwa yang dibutuhkan
b.        Mengumpulkan data
c.        Mengevaluasi data
2.      Menyusun data
a.        Mentranslasikan data
b.        Menginterpretasikan data
c.        mengklasifikasikan
3.      Analisis data
a.        Melihat hubungan
b.        Mencatat persamaan dan perbedaan
c.        Mengidentifikasikan tren, sekuensi dan keteraturan
4.      Menarik kesimpulan
1.   Mencari pola dan makna hubungan
2.   Merumuskan kesimpulan
5.      Menerapkan kesimpulan dan generalisasi


D.    Skenario Kegiatan Belajar-Mengajar Inkuiri

1.      Sintaks
Pada strategi inkuiri, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mereka mengorgaisasi stimulus itu, dan perasaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh reaksi mereka yang berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah.
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Bahan ini disebut advanced organizer.
Selanjutnya, siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja dan melaporkan ahsilnya. Akhirnya, siswa mengevaluasi sendiri penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru di luar penyelidikan mereka.
Sintaks untuk model inkuiri kelompok atau aliran kegiatan belajar-mengajar seperti itu dapat disusun sebagai berikut:
a.       Tahap pertama; menghadapi stimulur (terencana atau tidak terencana)
b.      Tahap kedua; menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
c.       Tahap ketiga; merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya).
d.      Tahap keempat; menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok
e.       Tahap kelima; menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar
f.       Tahap keenam; evaluasi dan tidak lanjut
Sintaks dapat juga dirinci dengan model belajar kelompok sebagai berikut:




PENGAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL KERJA KELOMPOK.

KEGIATAN SISWA
SINTAKS ALIRAN KEGIATAN
KEGIATAN GURU
KETERANGAN
1.1.Mengerjakan pre-test
1.2.Menunjukkan kebutuhan masalah dan minta informasi
Menentukan tujuan pengajaran
1.1.Menentukan entry behavior
1.2.Menjelaskan tujuan pengajaran
1.  Guru mempersiapkan hand-outs tentang materi dan yang berhubungan dengan konten
2.1.Mendengar, mempertanyakan, mengusulkan
Pengantar singkat tentang konten dan prosedur
2.1.Memberi penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja
2.  Menentukan batas waktu
3.1.Masuk ke dalam kelompok
Membentuk kelompok
3.1.Mengorganisasi fasilitas dan kelompok
3.  Menjajaki cara pembentukan kelompok
4.1.Merumuskan, mengklasifikasikan tujuan
4.2.Urutan tugas
Klarifikasi tujuan
4.1.Mengamati, membantu, mengarahkan

5.1.Membaca, bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti, mengorganisasi data
Kerja individual
5.1.Menganjurkan memberi fasilitas, dan bimbingan
5.Saling membantu antar siswa

6.1.Analisis data, kesimpulan individual
Laporan pada kelompok
6.1.Menganjurkan memberi fasilitas dan bimbingan
6.Saling membantu antar siswa
7.1.Sharing penemuan, kritik, mengambil catatan, kesimpulan pendahuluan
Diskusi kelompok
7.1.Menganjurkan memberi fasilitas dan bimbingan
7.Saling membantu antar siswa
8.1.Menulis laporan kelompok antar siswa
Laporan kelompok
8.1.Memberi bantuan
8.Saling membantu
9.1.Menanggapi dan bertanya
Diskusi kelas
9.1.Memantau, membantu mengelola kelas
9.Memimpin diskusi
10.1.Tanya jawab, catat
Rangkuman
10.1.Sintesis, menyimpulkan
10.Memimpin diskusi
11.1.Memberi saran
Tindak lanjut
11.1.Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi
11.Memimpin diskusi




2.      Prinsip-prinsip tentang respons
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, dan teman yang kritis. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap:
a.       Tahap problem solving atau tugas (apa ciri dan sifat dari masalah? Apa faktor yang mempengaruhinya?),
b.      Tahap pengelolaan kelompok/kelas (informasi apa yang dibutuhkan sekarang? Bagaimana cara kita mengorganisasi kelas untuk menemukannya?),
c.       Tahap pemahaman secara individual (bagaimana pendapatmu sebagai akibat dari apa yang diketahui disini?).
Peranan ini sangat sulit dan sensitif, karena esensi inkuiri adalah aktivitas siswa. Pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat:
a.       Memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
b.      Intervensi dalam kelompok
c.       Mengelola kegiatan pengajaran sehingga pemahaman individual diperoleh dari pengalaman ini. Intervensi dalam kerja kelompok harus seminimal mungkin, kecuali kelompok terlibat dalam masalah yang sulit.
Pertolongan yang diberikan kepada kelompok dalam usaha mereka melakukan penyelidikan harus dilakukan secara ekstensif dan sensitif bagi kebutuhan siswa. Untuk maksud ini, sekolah perlu dilengkapi dengan perpustakaan dengan informasi dan pandangan-pandangan yang luas dan bervariasi tentang pokok-pokok tertentu serta media lainnya yang relevan. Narasumber di luar sekolah dapat juga dihadirkan bagi kepentingan ini. Semua bantuan ini merupakan satu sistem sendiri diorganisasikan bagi kepentingan kegiatan belajar siswa.
Strategi belajar-mengajar inkuiri di samping mengantarkan siswa pada tujuan instruksional tingkat tinggi, dapat juga memberi tujuan iringan (nutrunant effect) sebagai berikut:
a.       Keterampilan memproses secara ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasikan variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan).
b.      Pengembangan daya kreatif
c.       Belajar secara mandiri
d.      Memahami hal-hal yang mendua
e.       Sikap terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif.

E.     Strategi Inkuiri dan Teknik Bertanya

Strategi belajar-mengajar inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai metode mengajar, seperti metode tanya jawab, diskusi, problem solving, studi kasus, penelitian mandiri, dan sebagainya. suatu metode perlu didukung oleh seperangkat teknik tertentu supaya metode tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya. Karena teknik ini digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus penggunaan teknik bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi inkuiri.


1.      Pentingnya bertanya
Suatu ungkapan yang menyatakan bahwa it is better to ask some question than to know all the answers (Thurber), menunjukkan betapa pentingnya orang bertanya. Kita juga mengenal pepatah yang mengatakan malu bertanya sesat di jalan. Dalam kebudayaan Cina didapatkan pepatah kuno yang mengatakan satu pertanyaan = 1000 gambar; satu gambar = 1000 kata. Dalam hubungannya dengan proses belajar, pentingnya bertanya itu dapat kita lihat pada beberapa pertanyaan antara lain; 1) jantung strategi belajar yang efektif terletak pada pertanyaan yang diajukan oleh guru, 2) dari sekian banyak metode pengajaran, yang paling banyak dipakai ialah bertanya, 3) bertanya adalah salah satu teknik yang paling tua dan paling baik, 4) mengajar itu adalah bertanya, dan 5) pertanyaan-pertanyaan adalah unsur utama dalam strategi pengajaran, merupakan kunci permainan bahasa dan pengajaran. Karena itu, tidak disangkal lagi pentingnya bertanya dalam kegiatan belajar-mengajar.
2.      Fungsi bertanya
Pentingnya bertanya dalam kegiatan belajar-mengajar dapat kita pahami kalau diperhatikan peranannya sebagai berikut:
a.       Melengkapi kemampuan berceramah
b.      Mengubah kemampuan berceramah
c.       Meningkatkan kadar CBSA
d.      Sikap inkuiri bertitik tolak pada bertanya
e.       Mengubah persepsi yang keliru terhadap bertanya
Dalam peranan yang demikian itu kegiatan bertanya berfungsi untuk:
a.       Mengembangkan minat dan keingintahuan
b.      Memusatkan perhatian pada pokok masalah
c.       Mendiagnosis kesulitan belajar
d.      Meningkatkan kadar CBSA
e.       Kemampuan memahami informasi
f.       Kemampuan mengemukakan pendapat
g.      Mengukur hasil belajar
Untuk mengembangkan pertanyaan yang efektif sesuai dengan fungsi tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah:
a.       Kehangatan dan antusias. Bertanya dan menjawab dilakukan dalam situasi yang cukup hangat dan antusias
b.      Beberapa kebiasaan yang perlu dihindari dalam mengajukan pertanyaan ialah:
1)      Mengulang pertanyaan
2)      Mengulang jawaban siswa
3)      Menjawab pertanyaan sendiri
4)      Memancing jawaban serentak
5)      Pertanyaan ganda
6)      Menentukan siswa tertentu
3.      Prinsip-prinsip bertanya
Bertanya sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan dapat diubagi dalam dua kelompok, yaitu:
a.       Bertanya dasar; bertanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir dasar.
Prinsip : jelas-singkat, acuan,  pemusatan, giliran (horizontal), penyebaran, waktu berpikir, dan tuntutan.
b.      Bertanya lanjut, bertanya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif-inovatif.  Tujuannya :
1)      Mengembangkan kemampuan untuk menemukan, mengorgansiasikan, dan menilai informasi.
2)      Mengembangkan kemampuan untuk mengungkapkan pertanyaan
3)      Membangkitkan keinginan berprestasi.
Prinsip-prinsipnya yaitu:
1)      Sama dengan bertanya dasar
2)      Waktu berpikir diberi agak lama
3)      Butir-butir pertanyaan perlu disiapkan terlebih dahulu
4)      Menilai apakah pertanyaan relevan dan komprehensif.
Dalam menjalankan prinsip-prinsip ini perlu diperhatikan perubahan tingkat kognitif dari yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Urutan dari pertanyaan pengetahuan ke pertanyaan pemahaman ke pertanyaan terapan ke pertanyaan analisis ke pertanyaan sintesis dan ke pertanyaan evaluasi. Untuk membantu siswa untuk perlu dipertimbangkan memberi pertanyaan-pertanyaan pelacak dan memelihara peningkatan interaksi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar