A. Pengertian Strategi Inkuiri
Inkuiri
yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan,
penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. sasaran utama kegiatan mengajar
pada strategi ini ialah:
1.
Keterlibatan siswa belajar
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah
kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2.
Keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pengajaran
3.
Mengembangkan sikap percaya
pada diri sendiri (self belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri.
Untuk menyusun strategi yang
terarah pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi yang
memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal. Joyce dalam W. Gulo (2004:
85) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut ialah:
- Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang menguncang siswa berdiskusi. Hal ini menutut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan dan hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap teman, siswa, maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang ada.
- Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentaif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inkuiri. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengujian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda diantara siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelessaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended.
Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang
berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar. Di samping inkuiri
terbuka dikenal pula inkuiri tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya
kesimpulan yang benar sebagai hasil proses inkuiri.
- Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya.
Untuk menciptakan kondisi seperti
itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai
pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu
sangat diperlukan. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai
berikut:
- Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir
- Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
- Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri
- Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
- Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan
- Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
- Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa
Supaya guru dapat melakukan
peranannya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan,
terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
B. Strategi Inkuiri dan Dimensi Berpikir
Untuk
merangsang kegiatan berpikir peserta didik, maka perlu diketahui apa yang dia
ketahui dan bagaimana cara ia berpikir. Hanya dengan cara demikian dapat
dikembangkan kemampuan berpikir siswa dalam proses inkuiri. Sering guru
mengharapkan siswanya mengikuti cara berpikirnya sendiri, dan tidak sebaliknya
guru mengikuti cara berpikir siswa.
Apabila
misalnya guru bertanya kepada siswanya apa kelanjutan dari bilangan 2 dan 4,
maka guru mengharapkan bahwa lanjutannya ialah 6. siswa menjawa 8 dan 5, tidak
dapat diterima oleh guru karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Untuk mengenal berbagai cara berpikir siswa, terutama dalam mereka berinkuiri,
perlu kita kenal beberapa cara berpikir pada umumnya.
- Berpikir urutan, apabila misalnya guru menghadapkan kepada siswa tiga bilangan berturut-turut, 2, 4, 6, maka siswa dapat menyebutkan bilangan paa urutan ke-4 adalah 8 dan yang ke-5 adalah 10. tetapi jika yang diinformasikan adalah 2, 7, 3, maka siswa sukar atau tidak dapat menyebutkan urutan selanjutnya karena tidak ditemukan suatu urutan tertentu yang bekerja dalam ketiga bilangan yang diamati.
- Berpikir bertentangan, jika kepada siswa dihadapkan pasangan kata-kata; panas-dingin dan kecil-besar, maka ia dapat menyeburkan pasangan dari kata-kata: siang-…….., berat-……….., dan seterusnya dengan benar. Kalau ia mengatakan siang berpasangan dengan panas, dan berat berpasangan dengan ton, maka ia belum menemukan prinsip apa yang menghubungkan, kata panas dengan dingin dan besar dengan kecil.
- Berpikir asosiasi, jika kepada siswa dihadapkan pasangan kata-kata: besi-berat; kapas-ringan, maka ia dapat menyeburkan pasangan dari kata murid-……. Dengan benar. Kalau ia mengatakan bahwa pasangan kata murid adalah guru, berarti ia belum menemukan hubungan asosiasi yang menghubungkan kata besi dengan berat, dan dimana ada kaps disitu ada ringan.
- Berpikir kausalitas, kalau kepaa siswa dihadapkan pasangan kata: rajin-pandai dan mendung-hujan, maka ia dapat menyebut pasangan dari kata menganggur-……dengan benar. Ia berarti bahwa setelah mengamati kedua pasangan kata yang dihadapkan kepadanya, maka ia menemukan adanya sifat sebab akibat (kausalitas) yang bekerja dalam setiap pasangan kata itu. Sifat tersebut ia terapkan pada kata menganggur, dan dia mencari apa akibatnya kalau orang menganggur.
- Berpikir kosnentris, berpikir konsentris menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi dari keempat cara berpikir di atas. Berpikir konsentris terarah pada mencari hakikat dari sesuatu yang bersifat umum.
- Berpikir konvergen, berpikir konvergen berpangkal dari unsur-unsur yang terpisah-pisah. Dengan mempelajari karakteristik dari kencenderungan masing-masing unsur, maka diketahui semua unsur mengarah pada satu titik tertentu. Misalnya ada tiga unsur yang diamati, yaitu kependudukan, investasi, dan pendidikan. Tampak bahwa pertambahan penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun. Sementara itu, pengeluaran untuk investasi makin merosot. Mutu pendidikan tampak makin menurun. Dengan kemampuan berpikir konvergen, maka diketahui pada waktu yang akan datang tingkat pengangguran makin tinggi.
- Berpikir divergen, berpikir divergen bertitik tolak dari suatu peristiwa menuju ke berbagai kemungkinan. Dari peristiwa pengangguran misalnya, pikiran berkembang berbagai alternatif seperti; kriminialitas, wabah kelaparan, dan kerusakan lingkungan hidup.
- Berpikir silogisme, berpikir silogisme bertitik tolak pada premis mayor yang tidak diragukan kebenarannya. Kemudan ada premis minor yang sifatnya lebih khusus. Dengan menghadapkan premis minor terhadap premis mayor maka akan dapat diperoleh suatu kesimpulan.
Cara-cara berpikir seperti yang
disebut di atas hanyalah merupakan salah satu dimensi dalam kegiatan berpikir,
yaitu dimensi proses dari kegiatan itu sendiri. Dalam kegiatan berpikir terbagi
menjadi 3, yaitu : 1) konten, 2) proses (peration), dan 3) produk.
Pada dimensi konten ada empat bentuk materi yang
dipikirkan, yaitu ; 1) materi berbentuk figural (gambar), 2) materi berbentuk
simbolik, 3) materi berbentuk semantik, dan 4) materi berbentuk behavioral atau
perilaku. Setiap materi/konten dapat diproses secara intelektual dalam lima
cara, atau apa yang disebut taksonomi kognitif. Kelima cara memproses itu
ialah; 1) kognisi, 2) memori, 3) berpikir secara divergen, 4) berpikir secara
konvergen, dan 5) berpikir evaluasi. Memori dapat disamakan dengan pengetahuan,
kognisi dengan pemahaman, evaluasi sama dengan evaluasi pada taksonomi.
Berpikir divergen dan konvergen dapat disamakan dengan aplikasi, analisis, dan
sintesis.
Pada dimensi produk dapat dilihat ada enam produk
berpikir, yaitu :
1.
Unit adalah suatu objek utuh
yang berbeda dengan yang lain. Umumnya semua kata benada menunjuk kepada unit.
2.
Kelas adalah suatu produk yang
lebih luas dari unit. Kelas pada umumnya berupa konsep atau istilah yang
menunjuk kepada seperangkat objek yang memiliki ciri-ciri umum yang sama.
Istilah-istilah seperti minat, efisiensi, ketekunan termasuk dalam kategori
ini.
3.
Relasi menunjuk pada hubungan
diantara dua hal. Proposisi biasanya termasuk dalam relasi. Contoh-contoh dari
relasi antara lain: “anak dari……” atau “kawin dengan……” atau “lebih sukar dari
pada ……”.
4.
Sistem adalah suatu produk
hasil berpikir yang bentuknya lebih rumit. Sistem merupakan suatu pola, atau
organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang saling mempengaruhi. Persamaan
matematika, program atau rencana suatu kegiatan, outline, adalah contoh-contoh
dari sistem.
5.
Tranformasi menunjuk pada
perubahan, revisi, perumusan ylang atau modifikasi
6.
Implikasi menunjuk pada apa
yang diharapkan, apa yang diantisipasikan dari suatu informasi. Pada gambar di
atas dari suatu garis berbentuk siku-siku dapat diantisipasikan bentuk siku
empat.
Strategi pengajaran inkuiri aalah
suatu strategi yang berusaha memaksimalkan kadar CBSA pada belajar siswa.
Kerangka dasar inkuiri dapat dilihat dalam rentangan dua strategi
belajar-mengajar yang ekstrem, yaitu strategi ekspositori dan strategi
heuristik, dan tingkat minimal pada strategi ekspositori. Di samping rendahnya
kadar CBSA, pada strategi ekspositori dapat terbuka peluang bagi masuknya
domestifikasi terhadap peserta didik. Kemampuan intelektual akan menjadi
optimal pada taksonomi evaluasi jika inkuiri mencapai tingkat optimal. Pada
bagan di bawah diperlihatkan hubungan antara strategi inkuiri dan ekspositori
dengan kemampuan-kemampuan berpikir dan taksonomi kognitif.
Strategi belajar-mengajar, taksonomi kognitif, dan kemampuan berpikir
Strategi
|
Taksonomi kognitif
|
Proses berpikir
|
Ekspositori
murni
Ekspositori
modifikasi
Inkuiri
modifikasi
Inkuiri
optimal
|
Pengetahuan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
|
Memori
Kognisi
Konvergen
Divergen
Evaluasi
|
Seperti tampak pada bagan di atas, strategi inkuiri menuntut
kemampuan intelektual paling rendah pada taksonomi aplikasi dengan proses
berpikir konvergen atau divergen. Berhubung kemampuan ini merupakan kelanjutan
dari pemahaman, berarti strategi ekspositori diperlukan sebagai jalan masuk
kepada inkuiri.
C. Proses Inkuiri
Inkuiri tidak hanya mengembangkan
kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan
emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan
suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan
hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan
sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai paa kesimpulan yang pada
taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan.
Proses Inkuiri
![]() |
Semua
tahap dalam proses inkuiri tersebut di atas merupakan kegiatan belajar dari
siswa. Guru berperan untuk mengoptimalkan kegiatan tersebut pada proses belajar
sebagai motivator, fasilitator, pengarah. Pada strategi ekspositori murni,
semua tahap itu dilakukan sendiri oleh guru. Guru yang merumuskan, guru yang
menyusun hipotesis, guru yang mencari bukti, guru yang membuktikan hipotesis,
dan yang merumuskan kesimpulan. Semua perolehan guru pada setiap tahap
diinformasikan kepada peserta didik. Pada inkuiri semua dilakukan oleh siswa.
Kemampuan-kemampuan
yang dituntut pada setiap tahap dalam proses inkuiri itu ialah:
Kemampuan dikembangkan dalam proses inkuiri
Tahap inkuiri
|
Kemampuan yang
ditutut
|
1.
Merumuskan masalah
|
1.
Kesadaran terhadap masalah
2.
Melihat pentingnya masalah
3.
Merumuskan masalah
|
2.
Merumuskan jawaban sementara
(hipotesis)
|
1.
Menguji dan menggolongkan
jenis data yang dapat diperoleh
2.
Melihat dan merumuskan
hubungan yang ada secara logis
3.
Merumuskan hipotesi
|
3.
Menguji jawaban tentatif
|
1.
Merakit peristiwa
a.
Mengidentifikasikan peristiwa
yang dibutuhkan
b.
Mengumpulkan data
c.
Mengevaluasi data
2.
Menyusun data
a.
Mentranslasikan data
b.
Menginterpretasikan data
c.
mengklasifikasikan
3.
Analisis data
a.
Melihat hubungan
b.
Mencatat persamaan dan
perbedaan
c.
Mengidentifikasikan tren,
sekuensi dan keteraturan
|
4.
Menarik kesimpulan
|
1. Mencari pola dan makna hubungan
2. Merumuskan kesimpulan
|
5.
Menerapkan kesimpulan dan
generalisasi
|
|
D. Skenario Kegiatan Belajar-Mengajar Inkuiri
1.
Sintaks
Pada strategi inkuiri, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan
menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri
oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik
perhatian mereka terhadap hal yang berbeda-beda (sudut pandang, cara penerimaan
mereka, cara mereka mengorgaisasi stimulus itu, dan perasaan mereka). Jika
siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh
reaksi mereka yang berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk merumuskan dan
menyusun masalah.
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang
dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan
pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
Bahan ini disebut advanced organizer.
Selanjutnya, siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu
menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja dan melaporkan
ahsilnya. Akhirnya, siswa mengevaluasi sendiri penyelesaiannya dalam
hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya,
walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru di luar
penyelidikan mereka.
Sintaks untuk model inkuiri kelompok atau aliran kegiatan
belajar-mengajar seperti itu dapat disusun sebagai berikut:
a.
Tahap pertama; menghadapi
stimulur (terencana atau tidak terencana)
b.
Tahap kedua; menjajaki reaksi
terhadap situasi yang merangsang
c.
Tahap ketiga; merumuskan tugas
yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (merumuskan masalah, tugas kelas,
peranan, dan sebagainya).
d.
Tahap keempat; menyelesaikan
masalah secara independen atau kelompok
e.
Tahap kelima; menganalisis
proses dan kemajuan kegiatan belajar
f.
Tahap keenam; evaluasi dan
tidak lanjut
Sintaks dapat juga dirinci dengan model belajar kelompok sebagai
berikut:
PENGAJARAN INKUIRI DENGAN MODEL KERJA KELOMPOK.
KEGIATAN SISWA
|
SINTAKS ALIRAN
KEGIATAN
|
KEGIATAN GURU
|
KETERANGAN
|
1.1.Mengerjakan
pre-test
1.2.Menunjukkan
kebutuhan masalah dan minta informasi
|
Menentukan tujuan
pengajaran
|
1.1.Menentukan
entry behavior
1.2.Menjelaskan
tujuan pengajaran
|
1. Guru
mempersiapkan hand-outs tentang materi dan yang berhubungan dengan konten
|
2.1.Mendengar,
mempertanyakan, mengusulkan
|
Pengantar singkat tentang
konten dan prosedur
|
2.1.Memberi
penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja
|
2. Menentukan
batas waktu
|
3.1.Masuk
ke dalam kelompok
|
Membentuk kelompok
|
3.1.Mengorganisasi
fasilitas dan kelompok
|
3. Menjajaki cara
pembentukan kelompok
|
4.1.Merumuskan,
mengklasifikasikan tujuan
4.2.Urutan
tugas
|
Klarifikasi tujuan
|
4.1.Mengamati,
membantu, mengarahkan
|
|
5.1.Membaca,
bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti, mengorganisasi data
|
Kerja individual
|
5.1.Menganjurkan
memberi fasilitas, dan bimbingan
|
5.Saling
membantu antar siswa
|
6.1.Analisis
data, kesimpulan individual
|
Laporan pada kelompok
|
6.1.Menganjurkan
memberi fasilitas dan bimbingan
|
6.Saling
membantu antar siswa
|
7.1.Sharing
penemuan, kritik, mengambil catatan, kesimpulan pendahuluan
|
Diskusi kelompok
|
7.1.Menganjurkan
memberi fasilitas dan bimbingan
|
7.Saling
membantu antar siswa
|
8.1.Menulis
laporan kelompok antar siswa
|
Laporan kelompok
|
8.1.Memberi
bantuan
|
8.Saling
membantu
|
9.1.Menanggapi
dan bertanya
|
Diskusi kelas
|
9.1.Memantau,
membantu mengelola kelas
|
9.Memimpin
diskusi
|
10.1.Tanya
jawab, catat
|
Rangkuman
|
10.1.Sintesis,
menyimpulkan
|
10.Memimpin
diskusi
|
11.1.Memberi
saran
|
Tindak lanjut
|
11.1.Menentukan
tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi
|
11.Memimpin
diskusi
|
2.
Prinsip-prinsip tentang
respons
Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas
mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, dan teman yang kritis. Ia harus
dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap:
a.
Tahap problem solving atau
tugas (apa ciri dan sifat dari masalah? Apa faktor yang mempengaruhinya?),
b.
Tahap pengelolaan kelompok/kelas
(informasi apa yang dibutuhkan sekarang? Bagaimana cara kita mengorganisasi
kelas untuk menemukannya?),
c.
Tahap pemahaman secara
individual (bagaimana pendapatmu sebagai akibat dari apa yang diketahui
disini?).
Peranan ini sangat sulit dan sensitif, karena esensi inkuiri adalah
aktivitas siswa. Pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat:
a.
Memberi kemudahan bagi kerja
kelompok.
b.
Intervensi dalam kelompok
c.
Mengelola kegiatan pengajaran
sehingga pemahaman individual diperoleh dari pengalaman ini. Intervensi dalam
kerja kelompok harus seminimal mungkin, kecuali kelompok terlibat dalam masalah
yang sulit.
Pertolongan yang diberikan kepada kelompok dalam usaha
mereka melakukan penyelidikan harus dilakukan secara ekstensif dan sensitif
bagi kebutuhan siswa. Untuk maksud ini, sekolah perlu dilengkapi dengan
perpustakaan dengan informasi dan pandangan-pandangan yang luas dan bervariasi
tentang pokok-pokok tertentu serta media lainnya yang relevan. Narasumber di
luar sekolah dapat juga dihadirkan bagi kepentingan ini. Semua bantuan ini
merupakan satu sistem sendiri diorganisasikan bagi kepentingan kegiatan belajar
siswa.
Strategi belajar-mengajar inkuiri di samping
mengantarkan siswa pada tujuan instruksional tingkat tinggi, dapat juga memberi
tujuan iringan (nutrunant effect) sebagai berikut:
a.
Keterampilan memproses secara
ilmiah (mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasikan data, mengidentifikasikan
variabel, merumuskan, dan menguji hipotesis, serta mengambil kesimpulan).
b.
Pengembangan daya kreatif
c.
Belajar secara mandiri
d.
Memahami hal-hal yang mendua
e.
Sikap terhadap ilmu pengetahuan
yang menerimanya secara tentatif.
E. Strategi Inkuiri dan Teknik Bertanya
Strategi belajar-mengajar inkuiri
dapat dilaksanakan dengan berbagai metode mengajar, seperti metode tanya jawab,
diskusi, problem solving, studi kasus, penelitian mandiri, dan sebagainya.
suatu metode perlu didukung oleh seperangkat teknik tertentu supaya metode
tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik yang banyak dipakai
dalam berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya. Karena teknik ini
digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus penggunaan teknik
bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi inkuiri.
1.
Pentingnya bertanya
Suatu ungkapan yang menyatakan bahwa it is better to ask some
question than to know all the answers (Thurber), menunjukkan betapa
pentingnya orang bertanya. Kita juga mengenal pepatah yang mengatakan malu
bertanya sesat di jalan. Dalam kebudayaan Cina didapatkan pepatah kuno yang
mengatakan satu pertanyaan = 1000 gambar; satu gambar = 1000 kata. Dalam
hubungannya dengan proses belajar, pentingnya bertanya itu dapat kita lihat
pada beberapa pertanyaan antara lain; 1) jantung strategi belajar yang efektif
terletak pada pertanyaan yang diajukan oleh guru, 2) dari sekian banyak metode
pengajaran, yang paling banyak dipakai ialah bertanya, 3) bertanya adalah salah
satu teknik yang paling tua dan paling baik, 4) mengajar itu adalah bertanya,
dan 5) pertanyaan-pertanyaan adalah unsur utama dalam strategi pengajaran, merupakan
kunci permainan bahasa dan pengajaran. Karena itu, tidak disangkal lagi
pentingnya bertanya dalam kegiatan belajar-mengajar.
2.
Fungsi bertanya
Pentingnya bertanya dalam kegiatan belajar-mengajar dapat kita
pahami kalau diperhatikan peranannya sebagai berikut:
a.
Melengkapi kemampuan berceramah
b.
Mengubah kemampuan berceramah
c.
Meningkatkan kadar CBSA
d.
Sikap inkuiri bertitik tolak
pada bertanya
e.
Mengubah persepsi yang keliru
terhadap bertanya
Dalam peranan yang demikian itu kegiatan bertanya berfungsi untuk:
a.
Mengembangkan minat dan
keingintahuan
b.
Memusatkan perhatian pada pokok
masalah
c.
Mendiagnosis kesulitan belajar
d.
Meningkatkan kadar CBSA
e.
Kemampuan memahami informasi
f.
Kemampuan mengemukakan pendapat
g.
Mengukur hasil belajar
Untuk mengembangkan pertanyaan yang efektif sesuai dengan fungsi
tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah:
a.
Kehangatan dan antusias.
Bertanya dan menjawab dilakukan dalam situasi yang cukup hangat dan antusias
b.
Beberapa kebiasaan yang perlu
dihindari dalam mengajukan pertanyaan ialah:
1)
Mengulang pertanyaan
2)
Mengulang jawaban siswa
3)
Menjawab pertanyaan sendiri
4)
Memancing jawaban serentak
5)
Pertanyaan ganda
6)
Menentukan siswa tertentu
3.
Prinsip-prinsip bertanya
Bertanya sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan dapat diubagi
dalam dua kelompok, yaitu:
a.
Bertanya dasar; bertanya untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dasar.
Prinsip : jelas-singkat, acuan,
pemusatan, giliran (horizontal), penyebaran, waktu berpikir, dan
tuntutan.
b.
Bertanya lanjut, bertanya untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif-inovatif. Tujuannya :
1)
Mengembangkan kemampuan untuk
menemukan, mengorgansiasikan, dan menilai informasi.
2)
Mengembangkan kemampuan untuk
mengungkapkan pertanyaan
3)
Membangkitkan keinginan
berprestasi.
Prinsip-prinsipnya yaitu:
1)
Sama dengan bertanya dasar
2)
Waktu berpikir diberi agak lama
3)
Butir-butir pertanyaan perlu
disiapkan terlebih dahulu
4)
Menilai apakah pertanyaan
relevan dan komprehensif.
Dalam menjalankan prinsip-prinsip ini perlu diperhatikan perubahan
tingkat kognitif dari yang rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Urutan dari
pertanyaan pengetahuan ke pertanyaan pemahaman ke pertanyaan terapan ke
pertanyaan analisis ke pertanyaan sintesis dan ke pertanyaan evaluasi. Untuk
membantu siswa untuk perlu dipertimbangkan memberi pertanyaan-pertanyaan
pelacak dan memelihara peningkatan interaksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar